LEGENDA DESA LEGETANG
LEGENDA DESA LEGETANG
Dukuh Legetang adalah sebuah
daerah di lembah pegunungan Dieng, tepatnya di Desa Pekasiran kecamatan Bener,
Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Secara astronomis terletak pada 7.19416667S, 109.8652778E. Pemandangan alam yang indah dan hasil alam
yang berlimpah menjadikan penduduk Dukuh Legetang hidup makmur, namun bukannya
bersyukur, masyarakat Dukuh Legetang
umumnya ahli maksiat. Perjudian merajalela, minum-minuman keras, dan setiap
malam mereka mengadakan pentas lengger (suatu kesenian yang dibawakan oleh para
penari perempuan) yang akhirnya berujung pada perbuatan maksiat. Prilaku
homoseks, seks bebas dan beragam kemaksiatan lainnya sudah sangat lumrah di
Dukuh Legetang, bahkan kabarnya disana hanya ada satu musholah dan itu pun
dijadikan untuk memelihara anjing dan area bermain judi.
16 April 1955, adalah hari dimana
Dukuh Legetang tiba-tiba lenyap dari permukaan bumi. Disaat semua penduduk asik
menikmati pentas lengger, musibah ini pun terjadi. Potongan puncak gunung
Pengamun-amun yang beberapa minggu sebelumnya telah terlihat retakannya
mengubur Dukuh Legetang. Gemuruh gamelan dan suara para penduduk yang tadinya
huru-hara seketika menjadi sunyi. Sebanyak 332 jiwa penduduk Dusun Legetang dan
19 orang dari desa tetangga yang tengah berkunjung ke dusun tersebut ikut tertimbun
dan dianggap meninggal.
Yang menjadi misteri hingga saat
ini adalah mengapa kawasan antara kaki gunung dan perbatasan Dusun Legetang
yang berjarak beberapa ratus meter tidak ikut tertimbun. Seandainya gunung
Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa sungai dan
jurang yang berada dibawahnya, namun sebaliknya lah yang terjadi. Dukuh
Legetang yang berada cukup jauh lah yang menjadi sasaran longsor, sedangkan sungai
dan jurang yang berada di bawah gunung masih ada sampai sekarang.
Pencarian terhadap korban kala
itu hanya dipusatkan pada titik yang diduga merupakan lokasi rumah kepala dusun
bernama Rana. Setelah dilakukan penggalian yang cukup lama oleh warga, beberapa
korban pun bisa di evakuasi namun tak sedikit juga warga yang dibiarkan
terkubur disana. Istri Rana yang bernama Kastari merupakan satu-satunya korban
selamat dari tragedi ini karena ia pergi dari rumah sebelum gunung
Pengamun-amun melenyapkan Dukuh Legetang.
Kini tanah lokasi bekas bencana
itu sedikit demi sedikit digarap warga untuk budidaya tembakau dan sayur.
Suasana Dieng dan sekitarnya pun kini sangat semarak dengan religius, bahkan
pengajian menjadi salah satu program wajib desa. Sebagai tanda inmemorial, diatas
bukit bekas Dukuh Legetang dibuat tugu peringatan dari beton setinggi 10 m.
Semoga kisah Dukuh Legetang ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa setiap
perbuatan kita di dunia ini akan mendapat balasan dari Allah, baik sekarang
ataupun diakhirat nanti
Referensi :
0 Response to "LEGENDA DESA LEGETANG"
Posting Komentar